Senin, 22 Agustus 2011

menelisik jurnalistik

. Jurnalistik
Jurnalistik berasal dari kata du jour (perancis) yang berarti harian. Berasal dari bahasa Belanda yaitu jurnalistiek dan bahasa inggrisnya journalism. Baik jurnalistiek maupun journalism berasal dari bahasa latin yaitu diurnalis, yang artinya tiap hari. Sementara kata journal berarti catatan harian atau catatan peristiwa harian. Biasanya, catatan harian ini berisi hal-hal yang penting dan menarik.
            Ilmu jurnalistik merupakan salah satu ilmu terapan dari ilmu komunikasi yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita menjadi karya jurnalistik, serta menyajikan pada khalayak melalui media massa periodic, baik cetak maupun elektronik.[1]

4.1 Ciri-ciri jurnalisme adalah[2] :
1.      Skeptis, sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu.
2.      Bertindak, wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
3.      Berubah, jurnalisme itu mendorong perubahan.
4.      Seni dan profesi, adalah seni dan profesi dengan tanggungjawab professional yang mensyaratkan wartawannya melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menagkap aspek-aspek yang unik.
5.      Peran pers, pers memainkan berbagai peranan dalam masyarakat, salah satunya sebagai informer atau pelapor.
4.2 Jurnalistik cetak
Berita – berita yang disiarkan melalui benda cetakan. Dalam sejarahnya,ini adalah bentuk jurnalistik pertama sebelum munculnya radio. Dari segi format atau ukurannya , media massa cetak terbagi dari segi :
a.   Format Broadsheet , yakni media cetak berukuran surat kabar umum
b.   Format Tabloid , yakni media yang ukurannya setengan Format Broadsheet
c.   Format Majalah , yakni setengah ukuran tabloid
d.   Format Buku , yakni ukuran setengah halaman majalah.[3]
4.3. Proses Jurnalistik
Proses jurnalistik adalah setiap kegiatan mencari, mengumpulkan, meyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elekronik[4].

Proses Jurnalistik, diantaranya :
1.                  Rapat Redaksi
2.                  Repotase
3.                  Penulisan Berita
4.                  Editing.
5.                  Setting dan Lay Out



4.4. Sepuluh Elemen Jurnalistik
Ada sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip-prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme. Kesembilan elemen tersebut adalah:
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme—pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth)—adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.
Contoh : kebenaran fungsional, misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh. Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah proses pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah. Apakah si tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah? Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses pengadilan –serta vonis bersalah atau tidak-bersalah-- tersebut, karena memang hal itu diperlukan dan bisa dipraktikkan. Jurnalisme juga bekerja seperti itu.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun, kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Yang membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan –dan saudara sepupunya “infotainment”—berfokus pada apa yang paling bisa memancing perhatian. Propaganda akan menyeleksi fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi. Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya.
Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita.
Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 1) Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada; 2) Jangan mengecoh audiens; 3) Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda; 4) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri; 5) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.
4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi. Malah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen. Sekarang ada kecenderungan media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat pada jurnalisnya. Misalnya, mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau konsultan politik politisi tertentu.
5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri.
Prinsip pemantauan ini sering disalahpahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.” Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan” yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani kepentingan umum.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik
Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.

8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.
9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.
Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu:
10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita.
Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.[5]
5. Berita
Berita adalah terminology dalam ilmu jurnalistik yang pengertian atau batas-batasnya sebagai berikut :
“Berita adalah uraian tentang peristiwa atau fakta adan atau pendapat, yang mengandung nilai berita, dan yang sudah disajikan melalui media massa periodic”.[6]
Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiea atau isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.[7]
·        Nilai Berita
Dalam nilai berita ada karateristik yang di kenal sebagai nilai berita. Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna , atau yanng biasa di terapkan . Untuk menentukan layak berita, peristiwa – peristiwa yang memiliki nilai berita mengandung konflik , bencana dan kemajuan , dampak , kemasyhuran , segar , dan kedekatan , keganjilan , human interest,seks,dan aneka lainnya.[8]
            Menurut Stephens ( 1980 ) , nilai berita di bagi menjadi 3 macam :
a.   Penting
Pentingnya suatu berita di ukur dari dampaknya ( bagaimana dia mempengaruhi anda ), sehingga sebuah berita dapat diketahui oleh khalayak luas.
b.   Menarik
Suatu yang menarik perhatian orang seperti berita mengenai selebritis , gosip , politik , dan drama yang menceritakan kehidupan manusia.
c.   Aktual
Berita adalah tepat waktu , artinya unsur kecepatan menyampaikan berita sesuai dengan waktu atau aktual  yang merupakan hal yang penting , melewatinya maka berita tersebut dapat dikatakan sebagai berita yang sudah basi atau kadaluarsa.[9]
·        Unsur Berita
Untuk bisa membuat berita yang baik, selain mengetahui arti pengertian, definisi , dan prasayarat berita harus pula memahami unsur berita , yakni unsur – unsur yang harus terdapat dalam berita.[10]
a.   Aktual atau Baru ( termasa )
Unsur aktual atau baru ( termasa ) merupakan bagian penting agar berita kita dapat menarik pembaca. Pengertian aktual atau baru disini sifatnya lentur. Artinya kejadian atau peristiwa yang sudah lama bisa menjadi aktual atau baru lagi.
b.   Jarak
Jauh dekatnya jarak yang terimbas berita, merupakan unsur yanng harus diperhatikan.Jika kita membuat berita untuk kepentingan warga kota , maka kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan kota , lebih menarik perhatian daripada kegiatan atau peristiwa di kota lain.
c.   Terkenal ( ternama )
Penting atau tidaknya peristiwa atau kejadian untuk di berikan , tidak hanya terletak pada besar kecilnya peristiwa.Menariknya atau tidaknya kejadin itu , tetapi juga terkenal atau tidaknya subjek yang terkait pada peristiwa tersebut.Ini satu unsur penting dalam pembuatan berita.
d.   Keluarbiasaan
Kejadian atau peristiwa yang aneh dan luar biasa , selalu menarik perhatian.Matahari yang setiap hari menyinari bumi dari timur dan  terbenam di bagian barat adalah sesuatu yang biasa .Tetapi jika tiba – tiba saja ada gerhana total dan matahari itu menghilang , itu kejadian luar biasa , kejadian seperti ini mempunyai nilai berita tersendiri.Itulah sebabnya dijadikan salah satu unsur dalam pembuatan berita.
e.   Akibat
Kejdian atau peristiwa yang dapat menimbulkan akibat atau pengeruh biasanya menarik perhatian masyarakat.Ini karena sifat manusia yang egosentris selalu mementingkan dirinya sendiri.Sesuatu yang bisa menimbulkan akibat atau pengaruh akan menarik perhatiannya.Ini perlu di waspadai dalam hal membuat berita .Jadi,Suatu  kejadian atau peristiwa yang mempunyai pengaruh atau akibat ,selalu menarik perhatian masyarakat karena dapat menggugah sifat egosentrisnya.
f.    Ketegangan
Ketegangan dapat dijadikan salah satu unsur dalam pembuatan berita agar dapat menarik perhatian pembaca.Seperti halnya dalam drama seri atau film.Unsur ketegangan dijadikan dasar untuk membuat penonton tertarik mengikuti sampai drama atau film itu selessai.Demikian juga halnya dalam membuat berita.Unsur ketegangan dapat dimasukan agar pembaca tetap terangsang mengikuti pemberitaan kita.
g.   Pertentangan
Perang merupakan berita yang banyak di baca masyarakat.Karena perang menimbulakn pertentangan yanng dapat menarik perhatian masyarakat. Pembaca mengikuti berita perang dengan serius. Ini karena sikap pertentangan mempengaruhi mereka.
h.   Seks
Masalah seks , ternyata juga menarik perhatian. Seks dapat menimbulkan rangsanngan tersendiri. Itulah sebabnya pemberitaan tentang seks banyak diminati.
i.    Kemajuan
Semua manusia ingin maju , itu adalah sifat positif.Karena itu , unsur kemajuan sangat penting diperhatikan dalam membuat berita. Pemberitaan tentang kemajuan selalu menarik perhatian.
j.    Human Interest
Dalam hal menampilkan human interest, yang perlu di perhatikan adalah pemaparan sesuatu yang bisa menarik dari suatu kehidupan.Bisa kehidupan manusia dan bisa juga kehidupan binatang.Kehidupan yang menarik bagi pembaca.Ini karena sifat manusia ingin mengetahui yang aneh dan menarik.
k.   Emosi
Emosi merupakan salah satu sifat manusia yang didahului denngan rasa simpati. Ini dapat di jadikan unsur dalam pembuatan berita. Simpati yang ditimbulkan oleh suatu berita , selalu menarik perhatian pembaca.
l.    Humor
Humor adalah bagian dari sifat manusia . Ini perlu kita masukkan dalam unsur pembuatan berita . Sesuatu yang lucu , biasanya menyenangkan . Ini perlu kita sisipkan dalam pembuatan berita.
·        Prasyarat Berita
Syarat berita ada yaitu Publisitas , Periodesitas , Universalitas , dan Aktualisasi. Artinya surat kabar di maksudkan untuk di sebarkan kepada umum,  terbit pada waktu tertentu yang direncanakan , isinya bersangkut paut dengan seluruh kehidupan manusia, dan memuat hal – hal yang aktual dan hangat.[11]
a.   Sesuai dengan fakta.
b.   Kata atau kalimat harus jelas , singkat , dan padat.
c. Kata tidak boleh ada pengulangan atau nantinya dapat membingungkan pembaca.
d.   Tidak boleh mengandung SARA atau tidak memihak ( Netral )
·        Sifat Berita
Sifat berita yang harus dipenuhi pada media massa baik cetak maupun elektronik, yaitu :
a.   Berita yang bersifat mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur pemikiran kita, jika terpaku pada uraian kata maka akan mudah dipengaruhi.
b.   Berita yang bersifat menumbuhkan atau membangkitkan semangat.
c.   Berita yang bersifat memberi penerangan, maksudnya berita mampu memberi penerangan atau penjelasan kepada masyarakat.
·        Bentuk Berita
a.   Berita terkini
      Peristiwa ataupun berita yang dapat terjadi hari ini, yang dapat diolah dan disajikan dalam bentuk beruta kuat ( hard news ) dan berita mendalam (indepth news) yang diolah dan disajikan dalam bentuk uraian komperhensif, interpretatif dan investigatif.
b.   Berita berkala
Uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, khususnya nilai aktualitasnya, diolah dan disajikan dalam bentuk laporan.
·        Jenis – jenis Berita
a.   Berita lempeng, adalah berita langsung pada sasaran.
b.   Berita bertafsir, berita yang tidak sekedar menyampaikan fakta sebagaimana adanya, tetapi juga memberikan latar belakang, keadaan yang mungkin berkembang atau mungkin terjadi.
c.   Berita investigasi, berita yang dihasilkan lewat sebuah proses penyelidikan atau investigasi yang biasanya berangkat dari keresahan atau kasus penting yang perlu diketahui masyarakat.
d.   Berita berkedalaman, pelaporan jurnalistik yang bersifat, mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Dengan membaca karya ini orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berebagai perspektif atau sudit pandangan.
e.   Analisis berita, berita berkedalaman namun menyajikan juga kemungkinan yang akan bisa terjadi sehubungan dengan peristiwa yang menjadi topik penulisan.
·        Macam-macam Berita
1.      Berdasarkan sifat kejadian
Berdasarkan sifat kejadiannya, macam berita dapat ditimbulkan oleh berita yang dapat diduga, dan yang tidak dapat diduga sebelumnya.
2.      Berdasarkan Masalah
Seperti berita politik, ekonomi, kejahatan, kecelakaan, militer, pendididikan.
3.      Berdasarkan jarak kejadian
Jarak suatu kejadian merupakan bagian dari macam berita, jika penulis kebetulan ada di rumah dan tiba-tiba ada informasi tentang kebakaran yang terjadi di Mall yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal, apa yang harus dilakukan? dengan mudah mencari hubungan jika kejadiannya kebakaran, yang dihubungi adalah pihak pemadam kebakaran atau kepolisian, dari pemadam dan polisi penulis mendapatkan awal yang dapat dikembangkan lagi ditempat kejadian.
4.      Berdasarkan Isi
Penulis berita harus memahami isi dari berita yang dibuatnya kemana tujuan dibuatnya berita itu, tentang apa, bagaimana pemaparannya, apa sudah memenuhi persyaratan dari suatu berita.
·        Pengaruh Berita
Berita sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Seseorang tiba-tiba saja menjadi menangis ketika ia mendengar atau membaca berita yang menyedihkan menimpa keluarga atau sanak keluarganya.[12]
·        Step by step penulisan
Pemilihan Judul
Judul, dalam keadaan apapun, harus mencerminkan isi berita. Dalam menulis judul, penulis berita harus memperhatikan beberapa catatan berikut :[13]
·        Seyogyanya menghindari judul berita yang bersifat mengadu domba atau menghasut.
·        Menghindari judul berita yang bernada demonstratif dan provokatif.
·        Menghindari judul berita yang bisa menimbulkan asosiasi negatif, seperti hal-hal yang berbau porno.
·        Guna membangun sikap mandiri dan cara berpikir positif hindari judul berita yang seakan-akan memberikan harapan kosong,utopis.
·        Jangan sekali-kali membuat judul berita yang berbau SARA.
·        Hindari judul berita yang bersifat konsumeristis dan hedonistis.
Memilih Lead
Lead atau kalimat pembuka, banyak macamnya. yang utama, lead harus mampu menarik orang untuk terus membaca pada kalimat selanjutnya. Lead yang buruk dan hambar, membuat orang akan melewati berita yang susah payah dibuat oleh wartawan.
Syarat- syarat Lead atau teras berita :
1.      Mengandung inti dari berita.
2.      Tidak lebih dari (5) lima sampai (7) tujuh kata.
3.      Menarik, memikat minat pembaca.
Macam-macam Lead :
·        Lead Ringkasan
Lead ini berisi rangkuman inti cerita, biasanya dipakai oleh koran. dalam satu kalimat sudah nencakup inti berita.
·        Lead Bercerita
Lead yang terasa akrab, dan tak langsung pada pokok persoalan, biasanya coba memberi kesan tersendiri kepada pembaca tentang sesuatu yang terjadi.
·        Lead Deskriptif
Lead ini berusaha memberikan gambaran pada pembacanya tentang situasi yang dihadapi tentang tokoh atau tempat kejadian.
·        Lead Kutipan
Lead model ini bisa menarik jika statemen yang disampaikan kuat dan penting.
·        Lead Pertanyaan
Lead ini bisa menjadi menarik jika menyangkut sesuatu yang benar-benar ingin diketahui orang, tentunya tidak semua berita bisa memakai lead ini.
·        Lead Nyentrik
Lead ini jarang digunakan, dan bisa menjadi sangat menarik bila dipilih saat yang tepat dan momentum yang benar.
Tubuh Berita
            Tubuh berita sebagian besar berisi cerita detail, penjelasan, atau keterangan tambahan di media ada dua pola yang lazim dikenal :
a. Piramida Terbalik
Tujuan dan bentuk penulisan piramida terbalik adalah memudahkan pembaca menikmati berita secara cepat, terutama untuk penerbitan surat harian.
GAMBAR PIRAMIDA TERBALIK
b. Campuran
            Tubuh berita campuran biasanya dipakai dalam tulisan-tulisan panjang, antara baris pertama-kedua, ketiga-keempat, dan selanjutnya memiliki makna yang kurang lebih sama pentingnya.
Ada lima pegangan dalam hal penulisan berita [14] : 
1.      Laporan berita harus bersifat menyeluruh
2.      Ketertiban dan keteraturan dalam penerapan penulisan
3.      Tempat dalam menggunakan bahasa dan tata bahasanya
4.      Ekonomis dalam pemakaian kata
5.      Penulisan harus hidup, punya arti, warna dan imajinasi.
Penutup
            Penutup umumnya berisi kutupan sumber utama yang menyimpulkan isu keseluruhan, penjelasan mengenai tindakan selanjutnya atau fakta tambahan lain.

·        Persyaratan Menulis Berita
Syarat menulis berita baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi harus menggunakan kalimat yang tepat, ringkas, jelas, sederhana, dapat dipercaya.
a.   Berita harus tepat, artinya pemilihan kata-kata dalam menyusun kalimat harus tepat dan benar.
b.   Berita harus ringkas, artinya dalam menyusun untuk naskah berita harus menggunakan kalimat yang ringkas, tidak berbelit dan hindari kata-kata yang tidak perlu.
c.   Berita harus jelas, artinya susunan kalimat berita, kata demi katanya harus dirangkai secara tepat dan mengandung arti yang jelas. Jangan menggunakan istilah asing atau daerah yang tidak dimengerti oleh masyarakat luas.
d.   Berita harus sederhana, artinya susunan kata dan rangkaian kalimat dibuat sesederhana mungkin dan harus sesuai dengan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar.
·        Gaya Penulisan Berita
1.      Gaya memaparkan, adalah suatu gaya penulisan yang bertujuan memaparkan kejadian atau peristiwa yang terjadi apa adanya tanpa ditambah.
2.      Gaya menjelaskan, adalah bentuk gaya penulisan berita yang cenderung menguraikan suatu peristiwa atau kejadian sejelas-jelasnya.
3.      Gaya mengartikan, merupakan gaya penulisan berita yang tidak hanya berdasarkan peristiwa atau kejadian saja, tetapi cenderung ditambah dengan uraian serta komentar-komentar.
4.      Gaya memperdalam adalah gaya penulisan berita yang cenderung memperdalam peristiwa atau kejadian yang ada dengan penyelidikan lebih mendalam. Gaya penulisan ini menitikberatkan pengembangan kejadian awal yang didapat oleh penulis, misalnya peristiwa perampokan.
·        Syarat Berita [15]
1.   Tidak memihak, kecuali nilai kebenaran : tidak memihak kepada pihak-pihak yang terkait, justru wartawan meliput dari berbagai pihak-pihak yang terkait. Hal ini disebut coverbothside, artinya wartawan meliput dan menyiarkan.
2.   Isi uraian adil, jujur dan terbuka : isi beritanya sesuai fakta yang ada, dengan tidak menambahi data dan tidak memasukkan opini wartawan.
3.   Isi uraian tidak melanggar asas praduga tak bersalah : isi berita tidak menuduh pihak manapun yang sedang berselisih. Tetapi cukup menuliskan yang sesuai di lapangan. Jika status pelaku kejahatan belum dipastikan secara hukum, wartawan tidak boleh menuduh sang pelaku kejahatan.
4    Tidak mencampur adukkan antara fakta dan pendapat pribadi : penulis boleh memasukkan uraian, komentar dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dari peristiwa atau kejadian yang dilihatnya.
·        Berita Layak Siar
            Suatu berita yang disajikan harus memenuhi syarat sebagai berikut agar layak untuk disiarkan :
·        Tidak memihak, kecuali nilai kebenaran.
·        Isi uraian adil, jujur, dan terbuka.
·        Isi uraian tidak melanggar asas praduga tak bersalah.
·        Tidak mencampuradukkan antara fakta dan pendapat pribadi.
6. Tekhnik Pencarian Berita[16]
a.   Wawancara, yaitu kegiatan bertanya terhadap narasumber yang tujuannya untuk memperoleh informasi tentang suatu hal. Wawancara dilakukan dengan tanya-jawab antara si penanya dengan sumber berita. Wawan cara yang baik memerlukan pengenalan diri dan kemampuan kita sebagai wartawan, pengetahuan kita terhadap sumber berita dan teknik serta serta etika yang benar dalam wawancara ( bukan obrolan biasa ).
b.   Observasi, adalah pengamatan wartawan melalui inderanya tentang peristiwa atau situasi tempat dia mencari bahan berita. Observasi digunakan untuk ‘ memperindah ‘ laporan, jarang untuk memperkaya. Observasi adalah kegiatan mental yang subjektif dari wartawan sebagai hasil pengolahan stimuli di seputarnya.
c. Riset kepustakaan, adalah usaha untuk memperoleh informasi tertulis dari sumber kepustakaan, bukan wawancara. Riset menarik karena sering menyikap sisi lain dari fenomena yang lazim.
d. Press realese / Press conference, adalah penemuan formal di mana narasumber menyampaikan informasi penting pada waktu dan tempat yang ditentukan kepada wartawan yang diundang dan berkumpul secara bersamaan. Keuntungan dari metode ini adalah : bisa memperoleh informasi secara ringkas dan cepat tanpa perlu susah payah menghubungi narasumber, berita tidak perlu dikejar. Tetapi kelemahannya adalah : pemberitaan wartawan seringkali terpengaruh oleh konferensi pers, informasi yang diperoleh sering fakta kulit dan formal, sulit memperoleh kontrofersi, informasi yang diperoleh wartawan seragam.
e.   Statement of informan, pernyataan informan dari kalangan orang jalanan ( tipster ), kenalan wartawan atau ilmuan yang menekuni satu bidang tertentu adalah bahan yang berharga untuk dijadikan berita.
1.      Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk percakapan khusus yaitu percakapan antara seorang jurnalis dengan seorang narasumber yang mempunyai fakta atau opini yang mungkin bernilai berita.[17]
            Dalam kamus umum Bahasa Indonesia ,wawancara berarti tanya jawab antara wartawan dengan orang terkemuka dan sebagiannya, yang mengandung pengertian bahwa tanya jawab tersebut bukan hanya antara wartawan dengan orang terkemuka, tetapi juga dengan manusia lain. Interview berasal dari bahasa Belanda yaitu Interview, bahsa Inggrisnya adalah Interview.[18]
            Wawancara juga dapat diartikan sebagai kegiatan bertanya dan menjawan antara pewawancara ( Interviewer ), yang bertindak sebagai pencari informasi ( Information Hunter ).[19]
Langkah-langkah wawancara
·        Persiapan
1.    Mempersiapkan diri dengan informasi yang berkaitan dengan permasalahan atau orang yang akan diwawancarai.
2.    Mengkonfirmasikan pada atasan tentang tujuan wawancara dan jenis informasi yang harus diperoleh.
3.    Mempersiapkan mental untuk menghadapi situasi dan karakter nerasumber, termasuk managgulangi rasa antipati, enggan, dan tidak percaya diri di dalam wartawan.
4.    Membaca berita terakhir dan memprediksikan kemana arah isu berkembang.
5.    Merancang pertanyaan sebagai panduan saat wawancara.
6.    Membuat janji dengan narasumber.[20]
·        Saat wawancara
1.      Lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kontrollah wawancara dengan halus, tapi jangan memotong.
2.      Sopanlah tapi gigih.
3.      Hindari pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
4.      Gambarkan cerita yang diberikan kepada anda.
5.      Evaluasi berita yang diberikan kepada anda.
6.      Pada akhir wawancara, sampaikan intisari cerita dengan cara anda.[21]
9. Pers
Pengertian pers tercantum dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang ketentuan pokok dan Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 1966. pers dinyatakan “Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penelitian yang teratur waktu terbitnya diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil, atau alat-alat tehnik lainnya.”
9.1 Teori Pers
            Menurut sejarah ada sedikitnya enam teori pers atau aliran besar yang menyangkut normative soal media massa. Menurut :
Fred S. Siebert dalam bukunya “Four Theories of The Press” (1960) pada awalnya system pers terbagi menjadi empat, yakni :
1.   Authoritarian Theory
      Teori ini sangat terkait dengan konsep otoriter. Untuk memperoleh segalanya menggunakan cara-cara persuasive, paksaan serta terkadang menggunakan kekerasan.
2.   Libertarian Theori
      Teori ini sangat dipengaruhi paham Liberal Klasik yang menempatkan pers sebagai “free market place of ideas” dimana ide yang baik akan dipakai orang, sedangkan ide yang terburuk akan gagal mempengaruhi orang. Dua konsep penting dalam teori Libertarian adalah freedom of expression dan freedom of property.
3.   Social Responsibility Theory
      Media massa berkewajiban bertanggungjawab kepada masyarakat dan pemilik media massa adalah sebuah ‘public trush”. Oleh karena itu berita-berita media massa harus berlandaskan pada kebenaran, akurat, fair, objektif, dan relevan.
4.   Soviet Comunis Theories
      Sumber dari konsep system pers ini adalah ajaran komunisme yang berasal dari Marxis-Lenninisme. Di Negara komunis, segala media adalah alat “public opinion” untuk tujuan dan kepentingan rakyat pekerja dan memperkuat system sosialis.
            Dalam pelaksanaan PKL, media tempat saya PKL menggunakan teori Tanggungjawab social karena menyajikan berita-berita sesuai dengan fakta, akurat dan juga objektif. Karena menginformasikan berita-berita di kota Jakarta maka harus menginformasikan berita tersebut berdasarkan data atau sumber yang ada di lapangan.
9.2 Yang membuat seorang wartawan dikatakan professional ketika dia memiliki:
1. Rasa ingin tahu yang alami
2. Kematangan dan tanggung jawab
3. Pengetahuan umun yang luas
4. Kreatifitas
5. Kesabaran dan persistensi
6. Keberanian
7. Keadilan, kejujuran dan integritas
8. Cara berfikir yang independent dan selalu berusaha mencari jawaban
9.3 Wartawan Ideal
1.   Kejujuran : Wartawan harus jujur kepada pembacanya. Apa yang dimuat dalam berita harus merupakan kenyataan yang pernah terjadi. Semua pernyataan ditulis sebagai kenyataan harus sepenuhnya benar, kutipan diikuti kata demi kata secara harfiah, jika nama narasumber harus diubah menjadi fiktif atau bahkan tak mau disebutkan namanya harus diberitahukan kepada pembaca.
2.   Kecermatan : keseluruhan berita harus seratus persen benar seperti kenyataannya dan tepat penulisannya, ejaan yang benar dan baik, seluruh pernyataan tentang fakta atau opini harus disebut dengan jelas siapa sumbernya.
3.   Keseimbangan : memuat sisi pandang terhadap persoalan yang diberitakan. Menghindari pendapat editorial.
4.   Kelengkapan dan kejelasan : semua informasi penting berkaitan dengan masalah pokok yang diberitakan harus disajikan dengan unsure 5 W + 1 H.
5.   Keringkasan : menggunakan istilah ekspresif dengan tidak mendramatisir kenyataan dan istilah kongkrit, perinciaan angka tidak selalu diperhatikan, hindari kata-kata yang mubazir dan istilah sulit, menyusun kata dan kalimat dengan teratur, menggunakan kalimat wajar dan sederhana. 
9.4 Pekerjaan Pers Profesional dan Tempat Bekerja
A. Pekerjaan Pers Profesional
a.   Hadir di tempat terjadinya peristiea atau menghadiri suatu acara yang sudah di jadwalkan.
b.   Mengumpulkan informasi dan pendapat orang.
c.   Menyelidiki peristiwa atau suatu cerita.
d.   Memiliki bahan yang paling penting dan akurat.
e.   Menghasilkan dan menyajikan bahan yang mereka kumpulkan dalam berbagai cara .Misalnya , dalam bentuk artikel, wawancara , feature / komentar.
f.    Mengomentari berbagai perkembangan.
g.   Menangani bahan – bahan yang berasal dari para penyumbang informasi / berita.
h.   Meneliti dan menyunting bahan yang di ajukan oleh pemberi informasi.
9.5  Tujuh Dosa Pers
1.      Distorsi informasi
Informasi yang disengaja diganggu wartawan sebagai aktivitasnya menjadi berkurang/biasa (tidak benar).
2.      Dramatisasi fakta palsu
Fakta yang telalu didramatisir sehingga objektifitasnya menjadi berkurang. Contoh : Apabila ada acara televise sebenarnya acara tidak horor tetapi dibuat backsound anjing yang menyalak-nyalak, atau pada media cetak dengan mendramatisir foto seorang tokoh dengan memperbesar kepalanya.
3.      Pelanggaran privasi
Terutama peliputan kehidupan artis.
4.      Eksploitasi seks
5.      Pembunuhan karakter
Upaya sistematis dari media massa menjatuhkan karakter pribadi tokoh sehingga citranya di masyarakat menjadi pudar.
6.      Meracuni pikiran anak-anak
7.      Abuse of power
Media massadimanfaatkan untuk mendukung atau digunakan sebagai alat politik kelompok tertentu.
10. Kode Etik Kewartawanan
            Pada prinsipnya kode etik jurnalistik merupakan aturan moral yang mengatur wartawan, di Indonesia terdapat beberapa organisasi wartawan dan setiap organisasi wartawan memiliki kode etik jurnalistik masing-masing.
            Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak masyarakat diperlukan suatu landasan atau moral atau etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan, yakni dengan menetapkan Kode Etik.
Kode Etik Jurnalistik
► Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independent, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
► Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
► Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul.
► Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
► Pasal 6
Wartawan Indonesia menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
► Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
► Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit , cacat jiwa, atau cacat jasmani.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan politik.
► Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, atau pemirsa.
► Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara professional.
            Dengan berpegang pada kode etik jurnalistik diharapkan para wartawan atau pun semua orang yang bekerja di bidang redaksi dapat melaksanakan tugas sehari-harinya dengan baik, bebas dan bertanggungjawab.


[1] Wahyudi JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Cetakan pertama, PT. Pusaka Utama Grafiti, 1996, hal.1
[2] Luwi Ishwara, “Catatan-catatan Jurnalisme Dasar”, Penerbit buku KOMPAS, 2005
[3] H.M. Zaenuddin, The Journalist , Prestasi Pustaka Publisher , Jakarta , hal.12 - 13
[4] J.B Wahyudi. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Gajah Gita Nusa. Jakarta, 1996. Hal.1-3
[5] Bill Kovach & Tom Rosenstiel. 2001. The Elements of Journalism. New York: Crown Publishers.
[6] Wahyudi JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Cetakan Pertama, PT. Lusaka Utama Grafiti, Jakarta, 1996, hal. 27
[7] Soehoet, S.M. Hoeta. Dasar-Dasar Jurnalistik, Yayasan Kampus Tercinta IISIP, Jakarta, 2003
[8] Luwi Ishwara , Jurnalistik Dasar , Jakarta , Kompas, hal.53
[9] Drs.Wahyu Wibowo Seto Indiwan M.Si , Dasar – dasar Jurnalistik , Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Universitas Prof.Dr.Moestopo ( Beragama ) , Jakarta ,hal.28 - 29
[10]Indriati S.Sos, Diktat PKL 2006
[11] Dra.Vero Sudiati & Aloys Widyamartaya , Menjadi Wartawan Muda , Pustaka Widyatama , Yogyakarta, 2005 , hal.51
[12] Indriati Sjachrir, Op.Cit
[13] Tartono, St.S., Menulis di Media Massa Gampang!- Tips untuk menulis di Media Massa Cetak, Yayasan Pustaka Nusatama, 2005, hal. 31-32
[14] Sjachril Op. Cit.,2006
[15] Inriati S.Sos Diktat Mata Kuliah PKL, 2006
[16] Ina Ratna Mariani, Teknik mencari dan menulis berita, Universitas Terbuka. Jakarta, 2000. hal.117-121.
[17] Hensell, Peter dan David Ingram, Menjadi Jurnalis, cetakan pertama, Institut Studi Informasi, Yogyakarta, 2000
[18] Soehoet ,hoeta, Dasar – dasar Jurnalistik , Yayasan Kamus Tercinta IISIP , Jakarta,2003, hal.100-101
[19] Ermanto , Menjadi Wartawan Handal dan Profesional , Cinta Pena , Yogyakarta , 2005 , hal.112
[20] Mariani, Ida Ratna dan June Kuncoro H. Tekhnik Mencari dan Menulis Berita, Universitas Terbuka, Jakarta, 2000, hal. 136-139
[21] Henshell, Peter dan David Ingram,Menjadi Jurnalis, Cetakan Pertama, Institut Studi Informasi, Jogyakarta, 2000, hal. 183-184