Minggu, 29 April 2012

Arti Lambang Komunis


Artikel ini saya angkat karena saya menjumpai beberapa thread tentang munculnya kembali PKI di tanah air. Karena rasa penasaran, saya searching beberapa narasumber dan menemukan fakta-fakta menarik yang belum saya ketahui sebelumnya.









Lambang "sakral" ini membuat sebagian orang yang melihat merinding melihatnya maupun mendengarnya, teringat "sejarah" masa lalu yang kelam PKI dipelajaran sekolah waktu duduk di bangku SD. Puncak-puncaknya pada masa pemerintahan Soeharto.

 Jadi  teringat dulu ada yang bilang:
"huss.. jangan bawa gambar nanti ditangkap/diculik/dibunuh loh?"
dan apabila ada gambar tokoh yang dibenci terutama tokoh politik dicoret logo tersebut diatasnya yang menandakan penghinaan sebesar-besarnya (maksud yang mencoret), bahkan ada yang mengidentikkan lambang palu arit ini ibarat senjata tajam yang mencerminkan kekejaman, kekerasan dan merah ibarat kekuasaan dan pertumpahan darah???

Lambang palu dan sabit yang menjadi simbol dari komunis memiliki sejarah yang tidak ada hubungannya dengan komunisme. Simbol palu mewakili para buruh dan sabit mewakiti para petani. Setelah revolusi industri di Eropa, kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dan tertindas. Simbol palu dan sabit yang menyilang muncul sebagai bentuk pengkomunikasian bersatunya kaum buruh dan petani dalam revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia. Di tahun-tahun berikutnya, lambang palu dan sabit menjadi simbol pemberontakan, bahkan sampai sekarang.










Gambar monumen patung buruh dan petani 

Revolusi para pekerja yang tergolong kalangan bawah tersebut mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan kaum pekerja tidak mengira akan kekuatan yang dimiliki oleh persatuan kaum buruh dan petani. Pihak komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan bendera merah atau sering dikenal dengan tentara merah, memanfaatkan simbol pekerja tersebut sebagai lambang bendera partai komunis. Tahun 1922 penggunaan lambang palu dan sabit menyilang dengan latar belakang merah diresmikan menjadi bendera komunis di seluruh dunia.

Simbol merupakan kode untuk berkomunikasi atau pertukaran informasi dalam interaksi sosial. Dari uraian diatas, simbol muncul dalam bentuk lambang palu dan sabit, berupa artefak bendera, atribut, dan lainnya. Peran Artefak dalam Pertukaran Informasi yaitu:
-Sebagai simbol wilayah kekuasaan & sosial
-Sebagai simbol penguat kesatuan etnik
-Sebagai simbol pemeliharaan dan penguatan jaringan pencarian pasangan hidup
-Sebagai simbol penguatan hubungan antar masyarakat
-Sebagai simbol kedudukan struktural

Pada awalnya, para buruh dan petani menyampaikan eksistensi mereka dalam revolusi melalui simbol palu dan sabit. Simbol ini kemudian menjadi identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas, pemersatu dan penguat hubungan antar masyarakat. Apabila revolusi yang dilakukan tidak memunculkan simbol, maka akan sulit untuk menunjukkan keberadaan kaum buruh dan petani di mata dunia, serta sulit untuk menggerakkan kaum pekerja yang lain. Dengan demikian simbol palu dan sabit memiliki arti penting dalam penyampaian pesan revolusi.










Besarnya pengaruh revolusi palu dan sabit mengakibatkan orang mengidentikkan lambang palu dan sabit sebagai simbol pemberontakan. Dalam perkembangannya, simbol palu dan sabit tidak hanya digunakan oleh kaum pekerja tapi juga kaum borjuis (pelajar) saat menolak kebijakan pemerintah. Simbol ini juga digunakan oleh kaum sosialis yang menjunjung tinggi kesetaraan status.

Tahun 1922, tentara merah meresmikan simbol palu dan arit yang menyilang dimasukkan ke dalam lambang bendera partai politiknya. Lambang ini memiliki makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi para pekerja kasar. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat dihimpun dari para buruh dan petani yang cenderung memiliki massa lebih banyak.
Simbol palu dan sabit berubah fungsi dan makna sesuai dengan perkembangan jaman. Makna yang semula dikomunikasikan melalui simbol palu dan sabit berubah interpretasinya sesuai dengan kondisi jaman dan pengalaman sejarah.

Di Indonesia, sejak peristiwa G 30 S PKI, simbol palu dan sabit menjadi tabu karena diinterpretasikan dengan komunis yang ingin menghancurkan Indonesia dari dalam. Namun setelah lengsernya pemerintahan orde baru, simbol palu dan sabit mulai bermunculan lagi dalam berbagai bentuk dan lambang. Interpretasi orang saat ini bisa beraneka macam terhadap simbol tersebut. Ada yang mengartikan sebagai penganut komunis, penganut sosialis, lambang revolusi, bentuk protes terhadap pemerintahan, dan lainnya. Semua makna tidak salah, kembali ke pengertian simbol yang memiliki banyak arti, dan hanya dipahami oleh manusia, sehingga yang bersangkutan dituntun untuk memahami objek untuk mengetahui makna yang terkandung dalam simbol tersebut.

Lambang Komunis lainnya:

RED STAR









Bintang merah yang berujung lima adalah lambang komunisme serta sosialisme yang lebih umum. Yang melambangkan kelima jari tangan pekerja, serta kelima benua. Bintang berujung lima dimaksudkan untuk mewakili kelima kelompok sosial yang akan membawa Rusia ke komunisme: kaum muda, militer, industri , buruh petani, dan cendekiawan.

Bintang merah adalah salah satu lambang, simbol, dan tanda yang mewakili Uni Soviet di bawah kekuasaan dan bimbingan Partai Komunis, serta palu dan arit. Juga dipakai sebagai lencana di kamp tawanan Jerman pada saat itu di bawah Hitler dan WWII (perang dunia 2) untuk menandakan komunis.

 RED FLAG








Bendera merah sering dikombinasi dengan lambang komunis dan nama partai lain. Bendera dipakai di berbagai komunis dan sosialis seperti May Day. Bendera juga biasanya dihubungkan dengan sosialisme.

Bendera merah mempunyai banyak arti di sejarah tetapi terlebih dulu dipakai sebagai sehelai bendera pembangkangan. Bendera merah mendapat arti politik modernnya di Revolusi Perancis 1871. Sesudah Revolusi Oktober, pemerintah Uni Soviet mengambil bendera merah dengan palu dan arit yang dilapiskan keatas sebagai bendera nasionalnya. Karena Revolusi Oktober, berbagai negara bagian sosialis dan pergerakannya sudah memakai bendera merah.





Kita harus belajar sejarah lagi dengan benar.


Yang terjadi pada tahun 1965 adalah:

1. Penculikan dan pembunuhan jenderal-jenderal.

Tetapi sampai sekarang masih tidak diketahui dengan pasti siapa dalangnya. Sedikit mengenai penculikan dan pembunuhan ini; koran Angkatan Bersenjata (Berita Yudha) melaporkan bahwa selain pembunuhan juga terjadi penyiksaan terhadap jenderal-jenderal tersebut. Tetapi berita tersebut dikeluarkan sebelum hasil visum dari FKUI keluar. Dan setelah hasil visum dari FKUI keluar ternyata justru tidak ditemukan sedikitpun penyiksaan terhadap para jenderal tersebut. Laporannya adalah mereka mati karena ditembak. Waktu itu hasil visumnya ditahan oleh pihak Angkatan Bersenjata. Tetapi kemudian berhasil "dilarikan" ke luar negeri oleh Indonesianis Benedict Anderson (Cornell University), sehingga kita bisa baca hingga hari ini.

2. Penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan

Dilakukan terhadap banyak sekali anggota PKI, simpatisan PKI, orang-orang yang dekat dengan PKI, dan orang-orang yang dicurigai sebagai PKI; dengan tanpa pengadilan.

Ya, korbannya justru adalah orang-orang PKI. Ada banyak tafsiran untuk jumlah korban. Ada yang menyebut ratusan ribu orang. Ada yang menyebut sejuta orang. Bahkan menurut Letjen. Sarwo Eddie sendiri, yang ditugaskan untuk "menumpas" PKI, korbannya mencapai 3 juta orang.

Bahkan sekadar orang (bukan PKI sama sekali) yang sedang membawa buku berbahasa Russia untuk dikembalikan ke perpustakaan universitas pun ikut ditangkap dan dikirim ke pulau Buru selama belasan tahun (baca: Kresno Saroso - Dari Salemba ke Pulau Buru).

Ada banyak sekali anggota Gerwani yang diperkosa, disiksa, dan dibunuh, dipenjarakan tanpa pengadilan. Gerwani ini apa? Organisasi satanistik seperti di film G/30S itu? Ngaco! Gerwani adalah organisasi perempuan PKI.

Ratusan ribu orang lainnya dipenjara, disiksa, dan dipekerja-paksakan sebagai Tapol di pulau Buru selama puluhan tahun. Mereka dan anak-anaknya mendapat perlakuan diskriminatif sampai saat ini. Sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu korbannya.

Siapa yang melakukan itu semua? ABRI, dibantu oleh ormas-ormas semacam Banser NU. Ini bukan fitnah, karena masih ingatkah Gus Dur sendiri sewaktu dia masih menjadi presiden pernah mengatakan bahwa dia (Gus) sudah meminta maaf kepada korban-korban 1965 sejak dari sewaktu dia menjadi ketua NU. Ini perkataan dia di TVRI waktu itu: "Dari dulu pun, saya sudah minta maaf. Bukan sekarang saja, tanyakan pada teman-teman di lembaga swadaya masyarakat (LSM). Saya sudah meminta maaf atas segala pembunuhan yang terjadi terhadap orang-orang yang dikatakan sebagai komunis." (dikutip dari Kompas 15 Maret 2000)

Cobalah tanya ke orang-orang yang sudah hidup pada zaman itu. Apa yang terjadi di jalan-jalan? Mayat siapa yang tergeletak tak diurus sedikitpun seperti binatang di pinggir jalan? Apa yang terjadi di hari itu? Siapa yang dibantai?

Cari sumbernya di internet; bukan main banyaknya.

3. "Kudeta" terhadap Presiden Sukarno

Yang kita tahu mulai dari peristiwa itu, Sukarno perlahan-lahan menjadi terkebiri. Entah dengan Supersemar. Kemudian Soeharto menjadi pejabat presiden, dan akhirnya resmi menjadi presiden.

Banyak yang bilang bahwa PKI hendak mengkudeta Sukarno. Bagaimana bisa?? PKI mesra sekali hubungannya dengan Sukarno waktu itu. Mengkudeta Sukarno berarti mengkudeta diri sendiri.

Ah. Tetapi poin ke-3 ini memang sudah menyertakan analisis. Cobalah dulu untuk mempelajari poin 1 dan 2. Tidak diperlukan analisis sedikitpun, semuanya cuma fakta-fakta yang sudah tercatat dalam sejarah. Hanya kita saja di Indonesia yang dibutakan dari fakta-fakta tersebut.

***

Kalau di dalam negeri kita mengenal komunisme di Indonesia hanya sebagai setan paling najis di muka bumi, tidak begitu menurut sumber-sumber yang lebih independen. Coba baca buku-buku sejarah yang bukan keluaran resmi pemerintah. Bukan buku stensilan juga kok, baca karya-karya Indonesianis asing seperti Benedict Anderson, Harry A. Poeze, Rudolf Mrazek, dll - atau Asvi Warman Adam yang dari Indonesia; coba periksa siapa itu PKI. Apa perannya dalam kemerdekaan Indonesia? Siapa itu Tan Malaka? Siapa itu pemuda-pemuda yang "menculik" dan mendesak Sukarno untuk proklamasi - kenapa sejarahnya tidak pernah dibahas? Apa itu pemberontakan 1926 di Banten? 1927 di Silungkang? Dan seabrek-abrek informasi lain yang tidak akan kau temukan di buku pelajaran sekolah.

Kalau di luar negeri kita berbicara tentang "peristiwa 1965 di Indonesia", yang dimaksud terutama bukanlah "PKI membunuhi jenderal" seperti yang kita tau di dalam negeri. Melainkan pembantaian, pemenjaraan, penyiksaan, dan pemerkosaan besar-besaran terhadap berjuta-juta orang yang "dituduh" komunis, tanpa pengadilan.

Cari sumbernya di internet. Melimpah ruah!

***

Ini kutipan dari orang yang sekarang memimpin negara yang (pernah) dikenal sebagai musuh bebuyutan komunisme:

"In 1965, under the leadership of General Suharto, the military moved against Sukarno, and under emergency powers began a massive purge of communists and their sympathizers. According to estimates, between 500,000 and one million people were slaughtered during the purge, with 750,000 others imprisoned or forced into exile. It was two years after purge began, in 1967, the same year that Suharto assumed the presidency, that my mother and I arrived in Jakarta."

Barrack Obama
Tak terjemahin:
"Pada tahun 1965, di bawah pimpinan Jenderal Suharto, militer Indonesia mulai melawan Sukarno, dan dalam kekuasaan darurat memulai pembersihan terhadap orang-orang komunis dan simpatisannya. Menurut perkiraan, antara 500.000 hingga sejuta orang dibantai selama pembersihan, dan 750.000 lainnya dipenjarakan atau dibuang secara paksa [ke pulau Buru]. Dua tahun sesudah pembersihan dimulai, pada 1967, di tahun yang sama ketika Suharto menjabat presiden, saya dan ibu saya tiba di Jakarta"

Barrack Obama Dan masih ada bukan main banyaknya sumber untuk dipelajari di internet, di buku-buku, di majalah, bahkan sekarang ini di koran; bukan main banyaknya, melimpah ruah. Yang dibutuhkan cuma mau belajar, mau mencari kebenaran, mau melihat kebenaran, sedikit saja usaha, serta harga diri untuk menolak terus menerus dibodohi oleh buku-buku sekolah dan kata-kata penguasa.

Sekadar untuk membuat mata ini terbuka: Barang sedikit saja!