Senin, 28 Mei 2012

Catenaccio Di Matteo


Musim 2011/2012 adalah musim yang sangat mengesankan bagi Chelsea. Meski sempat bermain buruk di awal musim ditambah dengan konflik pelatih Villas Boas dengan para pemain. Performa permainan yang tidak terkordinir dan tidak stabil membuat Chelsea menjadi tim yang tidak diperhitungkan baik di liga domestik, piala FA dan Liga Champion. Di tangan Villas Boas permainan Chelsea tidak menjanjikan. Terbukti Chelsea berada di papan tengah klasemen Liga Inggris. Kondisi ini diperburuk dengan konflik yang terjadi antara Villas Boas dengan pemain senior Chelsea, yang berujung dipecatnya Villas Boas dan digantikan dengan Roberto Di Matteo yang ketika itu menjadi asisten pelatih.
            Datang sebagai Caretaker, sebagian orang tidak menyangka Di Matteo mampu membawa Chelsea menjadi tim yang kembali kuat. Pelan-pelan Chelsea menunjukkan performa terbaiknya, walaupun hanya finish diurutan ketujuh. Tetapi Chelsea menjawabnya dengan menjuarai Piala FA setelah mengalahkan Liverpool 2-1 di Wembley. Tangan dingin Di Matteo membuat serangan Chelsea lebih teratur, tersusun dengan rapi, lebih disiplin dalam bertahan dan yang paling penting mental pemain Chelsea menjadi lebih kuat. Fakta yang paling menarik Di Matteo mampu menjungkirbalikkan opini masyarakat bahwa Chelsea akan dikalahkan dengan skor telak di Camp Nou dalam leg ke 2 semifinal Liga Champion. Dipartai tersebut Di Matteo menggunakan strategi ala Italia yang terkenal dengan istilah Catenaccio. Catenaccio adalah sistem taktis di sepak bola dengan penekanan pada pertahanan. Di Italia, catenaccio berarti "pintu-baut", menyiratkan pertahanan backline sangat terorganisir.
            Sistem pertahanan gerendel, membuat pertahanan seperti tembok yang sulit diruntuhkan sehingga membuat pemain lawan frustasi untuk mencetak gol. Itu yang dilakukan Di Matteo ketika menghadapi Barca di semifinal leg 2 dan Muenchen di final. Dalam strategi Catenaccio counter attack menjadi senjata ampuh untuk mencetak gol ke gawang lawan. Di Matteo paham benar dengan taktik ini. Karena sejatinya ia adalah orang Italia dan juga mantan pemain timnas Italia. Italia saat itu seringkali menerapkan strategi Catenaccio baik dalam Piala Eropa atau Piala Dunia. Apalagi Italia di topang oleh bek-bek tangguh dan kiper berkelas.
            Lambat laun strategi ini dianggap sebagai sepakbola negatif, karena dianggap dapat menghilangkan keindahan dalam permainan sepakbola. Walaupun dianggap sebagai sepakbola negatif, ini adalah sebuah taktik dari seorang pelatih. Dan itu sah-sah saja selama Fifa tidak melarang.