Dalam buku Psikologi Kematian karangan Komarudin Hidayat, kematian pasti akan datang, kematian jangan dijadikan sesuatu yang menakutkan. Kematian akan datang sendiri menjemputmu jika memang waktunya tiba. Di sisi lain manusia pada umumnya sangat ketakutan apabila mendengar sebuah kata kematian. Itu semua manusiawi, itu semua mengacu kepada perbuatan yang telah dilakukan manusia selama ini. Terkadang dosa-dosa telah menumpuk, lebih banyak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan. Piyu dalam lagu “Harmoni” menuliskan bahwa “kita terlahir bagai selembar kertas putih. Pada awalnya manusia dilahirkan oleh Tuhan dalam keadaan suci, bersih dan tanpa dosa. Hidup itu memang sebuah pilihan. Pilihan jalan mana yang akan ditempuh, lewat rute mana dan apa yang kita lakukan untuk bertahan hidup. Karena dalam perjalanan hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kematian seharusnya menjadikan manusia taat kepada sang khalik, menjadikan pelajaran yang berharga agar kita siap dipanggil kembali ke pangkuan-NYA. Apa yang telah kita lakukan selama kita hidup nantinya akan di hisab oleh Tuhan. Menentukan apakah kita dapat surga atau neraka. Semua tentu tergantung dari apa yang telah kita lakukan di bumi. Lagi-lagi manusia seakan-akan lupa oleh aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Surga dunia telah membutakan mata, hati dan pikiran mereka. Pernah kita melihat dalam sebuah keluarga apabila salah satu keluarga kita di panggil oleh Tuhan, secara spontan kita pasti menangis. Atau jika teman dekat kita meninggalkan kita terlebih dahulu, terkadang kita belum siap menerima suratan takdir yang telah ditetapkan Tuhan.
Dalam keadaan seperti ini terkadang manusia sangat sulit untuk menerima keputusan dari sang pencipta. Tuhan memberikan pelajaran yang berharga tentang sikap menerima dan ikhlas apabila kita ditinggalkan orang tua, saudara, teman atau pacar. Bersabar serta tetap berikhtiar agar kita dikuatkan oleh caranya Tuhan. Sikap dengan ikhlas menerima sebuah kehendaknya butuh proses. Apalagi jika kita ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi dalam umur yang masih muda. Yakinlah jika dibalik semua itu Tuhan punya cara sendiri agar kita terlatih untuk ikhlas dan sabar.
Tanggal 12 Januari 2012 tepat setahun alm kaka gw yang cantik itu meninggalkan kami. Setumpuk perasaan sedih dan kehilangan masih tertera di hati gw. Nyokap setiap hari pas gw buka pintu kamarnya selalu nangis sambil mengangkat kedua tangannya. Berdoa untuknya dan dan tentunya mohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan lahir dan batin. Itu yang lg gw coba saat ini. Ketika gw mulai nulis ini, hingga detik ini gw masih belum bisa sepenuhnya menerima takdir dari sang pencipta. Seperti yang td gw uraikan, kaka gw menghadap sang khalik dalam keadaan umur yang masih terbilang muda. Belum genap 30 tahun lebih tepatnya 29 tahun ia menghembuskan nafas terakhir. Tulisan ini untuk menguatkan gw bahwa sebenarnya dia sudah tenang dan bahagia disana. Tanpa perlu tiap malam bersedih lalu mengumpulkan airmata yang membasahi kedua mata gw.
Gw juga merasa kaka gw diistimewakan oleh Tuhan. Bukannya mw sombong ketika kaka gw ingin dibawa ke tempat pemakaman, hari itu hujan lebat dan angin yang hebat sempat turun membasahi bumi. Pikiran yang terbenak waktu itu, alam menyambutnya untuk menghadap sang pencipta. Dalam kesehariannya dia tidak pernah meninggalkan Shalat lima waktu, memberikan sebagian rezekinya kepada gw, nyokap bokap, kaka gw, dan asisten pribadi nyokap gw. Hari-hari berikutnya alm juga sepertinya diistimewakan oleh sanak saudara, atau pun tetangga gw sekalipun. Padahal alm orangnya sangat pendiam bisa dibilang tidak terlalu aktif di lingkungan rumah gw ataupun saudara-saudara gw. Yang mereka tahu alm adalah orang yang lembut banget dan penyabar. Dalam keadaan yang genting sekalipun ia masih bisa berpikir untuk bisa menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Itu terjadi ketika dari hari itu ia meninggal sampai tujuh hari berturut-turut diadakan pengajian dirumah gw. Banyak yang datang saat pengajian itu entah dari saudara atau tetangga dekat rumah. Setiap mereka datang selalu saja ada yang membawa makanan ringan untuk disajikan dalam pengajian tersebut. Sampai-sampai makanan itu memenuhi ruang dapur rumah kami. Begitu seterusnya hingga 40 hari tiba berduyun-duyun tetangga dan saudara selalu membawa makanan untuk disajikan. Ada juga diantaranya yang membawa makanan dengan harga yang mahal. Syukuran setahun alm diadakan pada hari minggunya dan rumah kami didatangi ibu-ibu pengajian yang secara sukarela memanjatka doa kepada alm. Saudara kumpul menjadi satu dalam suasana yang hening.Ya, setahun telah kepergiannya gw baru tersadar bahwa life must go on, ada atau pun tidak adanya alm gw harus semangat disisa perjalanan hidup gw. Meski ia sudah menghadap sang pencipta, buat gw alm selalu menjadi inspirasi dalam hidup gw.
Jiwamu tetap menyatu dalam sanubari, aku masih mendengar suaramu, melihat cahaya terang disudut kamarmu dan nafasmu masih kurasakan.