Sejak kelas 4 SD, aku sangat gemar sekali olahraga sepakbola dibandingkan dengan olahraga yang lain.Sepakbola begitu sangat mendunia.Mulai dari kampung hingga masyarakat kalangan kelas atas.Klub kesukaan aku adalah Manchester United.Dahulu di kamar aku banyak sekali poster pemain-pemain MU,begitu rapi terpampang di dinding kamar .Tapi sekarang sudah hilang tak tau kemana.Orang Tua saya melarang , karena mereka berasumsi dengan menempel gambar dan poster itu Tuhan tidak akan mendatangkan rahmat di dalam kamarku.Sebagai anak yang berbakti aku mencabut semua poster yang ada dengan berat hati.Aku ingat betul, pada waktu itu orangtua aku selalu membelikan tabloid yang semua beritanya mengenai sepakbola, baik dari dalam ataupun luar negeri.Pemain bola dari nasional sampai internasional pun sudah tidak asing bagi aku.Banyak waktu yang saya habiskan di depan layar televisi untuk menyaksikan pertandingan sepakbola.Bahkan bapak aku terkadang mengajak aku langsung menonton dari stadion.Biasanya aku menonton pertandingan Timnas berlaga.Entah itu pertandingan resmi atau pertandingan persahabatan.
Setelah lulus SD orangtuaku sebenarnya menawarkan kepadaku untuk melanjutkan pendidikan di sekolah sepakbola.Jujur aku bimbang, karena cita-cita awalku pada saat itu adalah menjadi seorang arsitek bukan menjadi pemain bola professional.Aku mempunyai mimpi untuk mendesain lapangan sepakbola kualitas internasional setara dengan stadion megah yang ada di luar sana.Karena tanpa disadari fasilitas menjadi hal terpenting dalam menunjang seseorang menjadi pemain sepakbola yang hebat.Aku menolak tawaran yang diberikan orangtua kepadaku.Aku meneruskan studi ke SMP Negeri saja, demi mewujudkan cita- citaku pada saat itu.Aku tetap menjadi penggila bola. Pertandingan yang berlangsung dini hari tetap aku tonton,demi memuaskan hasrat cintaku pada olahraga yang satu ini.
Sebagai penggemar bola, aku menaruh harapan setinggi langit agar sepakbola Indonesia bangkit dari keterpurukan.Mampu berbicara banyak di kancah Internasional.Tidak harus ikut Piala Dunia, minimal dapat menguasai kawasan Asia Tenggara. Piala AFF yang sudah berlangsung untuk kesekian kalinya belum mencantumkan nama Indonesia di daftar juara.Prestasi tertinggi Indonesia hanya menjadi runner up.Selalu gagal di partai puncak,seharusnya ini menjadi pembelajaran sendiri bagi PSSI sebagai asosiasi yang menangani Timnas Indonesia.Aneh memang, bukan metode khusus yang diberikan kepada pemain,tetapi para pengurus lebih sibuk kepada kekuasaan dan meraih pundi-pundi dari dari suatu jabatan.Lalu muncul istilah “Politisasi,Intervensi” yang membuat para pemain tidak nyaman akan hal semacam ini.Masyarakat pecinta bola di Indonesia sudah lelah melihat semua ini.Dagelan politik di tubuh persepakbolaan,hantam sana-sini,sikut sana-sini.Bagaimana supporter harus menguras tenaga untuk mendapatkan tiket piala AFF,mengantri dari shubuh hingga subuh kembali,jauh- jauh dating dari luar kota hanya untuk melihat sebelas anak bangsa membela merah putih.Bukan kemudahan yang di dapat,tetapi justru penderitaan yang mereka terima.Tiket dinaikkan dari harga aslinya,hingga mencekek masyarakat yang berbondong-bondong mendatangi stadion dengan penuh gembira.Tempelan bendera merah putih di pipi,bendera yang sudah mulai usung,dan berteriak dengan lantang GARUDA DIDADAKU.Perjuangan mereka yang berkobar menurunkan Nurdin Halid dari singgasana kerajaan PSSI.
Kekisruhan dalam tubuh PSSI di pantau langsung dari badan tertinggi sepakbola dunia.Fifa turut campur tangan dalam pembenahan di dalam tubuh PSSI.Jika di pantau karena prestasi yang buruk jelas kita sangat bangga,tetapi yang ada justru prestasi ysng buruk menjadi sorotan Fifa bahkan dunia Internasional.Setelah kongres PSSI yang diadakan di Pekanbaru menemui jalan buntu,akhirnya Fifa lagi-lagi membuat keputusan dengan membentuk badan normalisasi dan menunjuk Agum Gumelar sebagai ketua normalisasi PSSI.Dengan harapan PSSI berjalan dengan sebagaimana mestinya dan menciptakan suasana yang kondusif pasca Nurdin Halid.Banyak nama-nama yang mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI.Mulai dari pengamat sepakbola,mantan manajer klub,politikus,mantan pejabat bahkan ibu rumah tangga.Kendali kini ada di tangan Agum Gumelar sebagai ketua normalisasi PSSI,tang mengatur berlangsungnya kongres PSSI untuk memilih Ketua dan wakil ketua.Masih banyak PR yang harus ditangani Agum Gumelar,pencalonan GT dan AP tidak dibolehkan oleh Fifa karena bertentangan dengan statutA FiFA.Namun anehnya komisi banding meloloskan dua nama tersebut ke dalam pencalonan ketua umum PSSI.Timbul istilah baru,Intimidasi dari oknum TNI,ya sudahlah TNI ya ngurusin Negara saja,serahkan sepakbola kepada yang ahlinya.Kondisi semakin ricuh padahal kongres akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat.Sebelumnya aku mempunyai firasat buruk,kongres PSSI akan gagal untuk yang kedua kalinya.Kongres yang diadakan di Jakarta tidak berlangsung dengan kondusif,terjadi hujan interupsi dalam rapat tersebut.Kongres tidak menghasilkan apa-apa.
Rakyat dibuat geram dengan situasi ini.marah,semakin kesal.Sampai kapan ini akan berakhir?Kapan Indonesia menjadi raja di ASEAN?Bagaimana nasib pemain Timnas yang sudah berlatih sampai titik darah penghabisan?mereka kecewa?aku pun dan masyrakat garuda merah putih kecewa…
ribuan orang memadati stadion gelora bung karno,saat final piala AFF |
Kami disini untuk melihat Garuda menang,,GARUDA DIDADAKU |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar