Selasa, 12 April 2011

who am i?


Mendengar kata Taman Lawang memang identik dengan tempat kumpulnya waria-waria kelas atas.Banyak orang yang kadang kali terkecoh oleh kecantikan dari pada waria-waria ini.Padahal aslinya mereka adalah Pria yang memilih jalan hidupnya menjadi seorang wanita pria atau yang kita sering dengar dengan istilah Waria.Banyak  mobil-mobil mewah sering melintasi kawasan taman lawang ini.Untuk sekedar colak-colek atau sampai urusan yang lebih intim lagi.

Dini hari itu tanggal 24 Oktober 2010 tepat pukul 01.30 saya bersama teman-teman saya start dari kampus berangkat ke Taman Lawang untuk menyelesaikan tugas fotografi jurnalistikBanyak pihak yang mengatakan  bahwa waria taman lawang tidak begitu welcome terhadap mahasiswa yang sekedar menyelesaikan tugas kuliahnya.Bahkan dosen dan teman-teman senior saya memperkuat pernyataan tersebut.”Hati-hati untuk para cowok nanti di pegang-pegang”.Mungkin dengan di berikannya tugas ini melatih mahasiswa untuk berani dalam melakukan wawancara dengan waria.Mulai ada perasaan tegang,ketakutan yang sangat amat,di dalam mobil yang saya tumpangi bersama teman-teman saya.Jujur saya sendiri sangat risih apabila berjumpa dengan bencong apalagi sampai dipegang-pegang.

Sampailah saya dan teman-teman saya di Taman Lawang.Karena itu adalah hari Minggu banyak sekali waria yang mangkal.Di temui juga para lelaki yang sedang negosiasi dengan para waria.Banyaknya waria yang mangkal membuat adrenaline saya semakin meningkat.Detak jantungpun semakin berdegup kencang.Setelah berkeliling sekitar 10 menit di jembatan taman lawang,akhirnya saya dan teman-teman saya menjumpai Waria yang sedang mangkal di dekat warung-warung.Saya mulai turun dari mobil dan berjalan menuju ke arah waria yang berjumlah 4 orang.Dengan memberanikan diri saya mulai nego-nego masalah harga,tentu saja bukan untuk urusan sex,tetapi nego harga meminta waktu untuk sekedar wawancara dan foto-foto.Akhirnya para waria sepakat dengan harga 30 ribu untuk satu orang.

Meliana yang bernama asli Kusnianto seorang waria baru berasal dari Bandung datang ke Jakarta dikarenakan dari kecil dia merasa beda dengan kebanyakan pria lainya. Sejak lahir dia merasa jiwanya sebagai seorang wanita. Meliana sudah memiliki kelainan sejak dia merasakan jatuh cinta kepada sesama jenis. Ia pun tidak pernah percaya bahwa dirinya seorang gay atau penyuka sesama jenis. Dari awal pun dirinya tidak pernah merasakan awalnya jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia lebih senang bermain dengan seorang laki-laki dan sampai menyadari bahwa dirinya seorang penyuka sesama jenis. Orang tuanya mengetahui keanehan dalam diri Meliana sehingga Ia pun sudah tidak dipedulikan lagi oleh kedua orang tuanya. Sampai suatu hari Meliana memutuskan untuk ke Jakarta dengan alasan mengadu nasib. Dan dari sinilah ia memulai pekerjaannya menjadi seorang waria taman lawang
.
Waria berumur 24 tahun ini sebenarnya menyesal menjadi seorang waria. Tetapi karena tuntutan ekonomi untuk bertahan hidup di Jakarta Ia rela menjadi seorang waria di perempatan lampu merah Taman Lawang Jakarta Pusat. Setiap malam, wajahnya dibantu dengan polesan makeup yang tebal ditambah dengan pakaian ketat yang agak terbuka. Anak ke 2 dari 3 bersaudara ini mengaku selalu merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang. Ia bercerita bahwa dirinya sangat iri dengan kakak dan teman-temannya karena mereka bisa merasakan hal yang normal menyukai dan mencintai pasangannya sesui dengan kodratnya sedangkan dirinya tidak.

Sangat disadari, pekerjaan rutinitas mereka ini memiliki penghasilan yang lumayan dengan penghasilan rata-rata 200 ribu semalam dan dalam sebulan bisa di peroleh Rp 5.6 juta. Tidak heran bila waria di Jakarta semakin menjamur jumlahnya.



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar