Selasa, 26 April 2011

Realitas Sensualitas

Film merupakan bagian dari suatu media tentang bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada khalayak.Lewat film kita dapat memainkan suatu peran.Siapa menjadi apa, script menjadi tolak ukur dan menentukan segalanya. Tempat atau setting untuk memainkan peran tersebut. Sutradara menjadi otak dari semua adegan ini. Saya menyebutnya ini sebuah trilogi, dimana jika tidak ada unsur – unsur yang telah saya sebutkan tadi,hal yang mustahil untuk menjadi sebuah film.Sutradara disini saya ibaratkan adalah Tuhan.Sebagai contoh jika dalam film tidak ada aktor ,pertanyaannya siapa yang maen dalam film itu?padahal tempat udah ada dan script sudah tersedia. Lalu saya udah jika tidak ada tempat?sript sudah ada,aktor pun siap, lantas ingin main dimana?Lain halnya jika tidak ada script,padahal aktor ada,setting juga sudah ada. Pertanyannya yang timbul apakah bisa menjadi sebuah film?jawabannya bisa!!akan tetapi film ini akan kacau bisa dikatakan berantakan.Karena si aktor otomatis akan menjadi bingung,”adegan apa yang akan saya lakukan?dialog apa yang harus saya hafalkan kemudian saya katakan?Jadi scipt yang baik,aktor yang pandai dan tempat yang indah akan menghasilkan film yang bagus.Saya disini tidak ingin membahas “How to Make A Good Film?Masih ada para pakar dan sineas film yang lebih cocok membahas ini.

            Sejarah film di bangsa ini mengalami pasang surut.Pada jaman Orde Baru film dijadikan alat propaganda politik.Jasa Presiden Soeharto kala itu yang di setting sedemikian rupa.Kita kenal “Serangan Fajar”film yang mengisahkan tentang Serangan Umum 1 Maret . Dimana dalam film itu peran Soeharto paling menonjol.Padahal dalam faktanya perannya pada saat itu tidak terlalu begitu terlihat.Yang palin fenomena adalah film G 30 S/PKI besutan Arifin C Noer.Soeharto terlihat sangat gagah dan berhasil menumpas PKI. Pesan tersirat dari film- film itu ,Ia ingin memberitahukan kepada rakyat Indonesia kalau sebenarnya saya pantas menjadi Presiden RI.Karena jasa-jasa yang telah saya berikan kepada bangsa ini.Kita tinggalkan jaman Orba. Film melahirkan Aktor/Aktris hebat dan berkarakter.Mulai dari yang lucu hingga yang cool mulai dari Benyamin sampai era Rano Karno.Lahir sutradara hebat.sineas berbakat yang tidak dapat saya jelaskan satu per satu.

            Awal dekade 80 – 90 an selalu saja ada wanita seksi dan adegan syur,adegan panas,adegan ranjang , berani tampil buka- bukaan dengan pakaian yang sangat minim. Sebut saja Eva Arnaz, Sellt Marcelina, Inneke Khoeserawati,Kiki Fatmala,menjadi bom seks pada masa itu.Rasanya ada yang kurang jika dalam film tidak ada adegan hotnya.Judul filmnya pun minim kreasi dan langsung menjurus frontal kesasaran film tersebut.”Inem pelayan Seksi,Gairah 100%,Gairah Tabu,Istri Simpanan,Jakarta Metropolitan,Akibat Pergaulan Bebas yang kala itu menghiasi setiap bioskop di Jakarta.Film – film itu hanya menjual sisi sensualitas semata,menebarkan content pornografi tanpa memperdulikan kualitas dan kuantitas dari film tersebut.

            Seingat saya,correct me if m wrong,tahun 1996 adalah awal kebangkitan film nasional.Ada Apa Dengan Cinta besutan sutradara Rudi Soejarwo meledak pada saat itu.Melahirkan nama Dian Sastro Wardoyo mesli itu bukan film petamanya dia.Lalu muncul ikon bagi kaum hawa dia adalah Nicholas Saputra,baginya ini adalah film pertamanya yang ikut melambungkan namanya di dunia perfilman nasional.Lahirnya film AADC membuat sineas-sineas lainnya membuat film yang berkualitas dari segi cerita .

            Ternyata reinkarnasi juga berlaku dalam dunia film.Bagaimana Tidak?Banyak PH yang memproduksi film hanya menjual sensualitas dan pornografi semata.Mengabaikan idealisme dan jurnalisme sastrawi dalam penggarapan sebuah naskah film.Munsul judul- judul aneh seperti “Susuk Pocong,Tali Pocong Perawan,Diperkosa Setan,Suster Keramas,Setan Budeg,what everlah semuanya bertemakan misteri tetapi didalamnya menampilkan sisi sensualitasnya.Semua film misteri ini dibymbui adegan syur,bahkan berlomba-lomba mendatangkan artis porno dari luar.Lebih baik blak-blakan saja sekalian.Di Indonesia berdiri PH Khusus memproduksi Film-film porno dan dilegalkan.Sebut saja Naughty Indonesia begitu.Tetapi bangsa ini terlalu munafik,terlalu ketimuran,sok buat RUU Pornografi .Belum lagi polemik tentang anggota dewan yang menonton video porno.Terus lo masih pada bangga jadi PKS?Yang menterinya sibuk menghapus konten pornografi tetapi kadernya malah asik menonton..hahaha...jari tengahlah buat lo

            Jika grafik menunjukkan 70% remaja putri diatas usia 15 th sudah tidak virgin,apa itu wajar?Tiba-tiba muncul video skandal seks anak sekolah putih biru,besoknya putih abu,lanjut ke ayam kampus,besoknya publik figur,lusa muncul anggota dewan.Yang tanpa pikir panjang sengaja mendokumentasikan hanya untuk koleksi pribadi.Kalau kata Efek Rumah Kaca”ketika birahu yang juara etika menguap entah kemana”.
             
            Realitas Sensualitas sudah menjadi bagian dalam perjalanan panjang bangsa ini . Ketika etika berusaha untuk di junjung,tetapi selalau saja terkalahkan oleh sensualitas.Itulah sebagian kecil dari polemik yang terjadi dalam dunia perfilmana kita,Sedih memang terjadi keseragaman dalam realitas sensualitas.Sedih memang ketika Playboy diberantas,,kenapa yang Bibir plus tidak?lalu kenapa FHM Juga tidak?Bangsa ini sudah lelah untuk dijajah,sudah sangat tidak wajar bangsa yang besar ini memproduksi film setan,devil,kuntilanak dan istilah lainnya.Mari berkaca kepada India.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar